POTRET PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS KESETARAAN GENDER PADA SISWA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN SUMBAWA

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesetaraan gender dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada SMP di kabupaten Sumbawa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data penelitian ini adalah potret pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis kesetaraan gender, strategi guru dalam implementasi kesetaraan gender, dan kesulitan implementasi kesetaraan gender pada pembelajaran bahasa Indonesia di MTS Al-Muthmainnah dan SMPN 1 Unter Iwes. Teknik pengumpulan data menggunakan tehnik observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada teknik analisis data fenomenologi Moustakas yang dijabarkan ke dalam 4 tahapan yaitu epoch, phenomenologigal reduction, imaginative variation, synthesis of meaning and essence. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa terdapat bentuk kesetaraan gender dan ketidaksetaraan gender pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMP meliputi pemberian motivasi belajar, kegiatan apersepsi, menanyakan pemahaman / kegiatan penguatan, pemberian tugas yang sama, memberikan apresiasi kepada siswa, evaluasi pembelajaran, menyampaikan materi mengelilingi kelompok besar, siswa aktif bertanya, pembentukan kelompok kecil, pemilihan ketua kelompok, kerja sama kelompok, menyampaikan hasil diskusi secara bergantian. Adapun bentuk strategi yang dilakukan guru dalam implementasi pembelajaran berbasis kesetaraan gender, yaitu: guru memiliki kemauan dan kemampuan mandiri dalam memahami konsep gender, guru menggunakan beberapa metode pembelajaran yang dianggap merujuk pada pembelajaran berbasis kesetaraan gender, adanya pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan materi ajar yang berbasis kesetaraan gender, pemberian tugas berbasis kesetaraan gender dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Adapun kesulitan implementasi kesetaraan gender dalam pembelajaran yaitu kesulitan implementasi kesetaraan gender dari kelengkapan sarana dan prasarana sekolah dan kesulitan yang diperoleh dari siswa.